Jelang Pelantikan Walikota Terpilih Sawahlunto, Isu Pejabat LGBT Merebak
Kesehatan - Selasa, 18 Februari 2025

Foto: iStock
Dinas Kesehatan Sawahlunto mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait penyebaran HIV. Sejak 2019 hingga 2023, tercatat dua kematian akibat HIV, sementara 46 orang telah terinfeksi selama dekade terakhir
SAWAHLUNTO, TINGKAP.CO - Menjelang pelantikan walikota terpilih, Sawahlunto digemparkan oleh isu pejabat LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender) yang konon sudah lama di sembunyikan. Apa sebenarnya yang terjadi di balik layar dan siapa yang menutupi fakta tersebut?
Isu sensitif ini sebenarnya sudah lama beredar, dan kini akhirnya mencuat ke permukaan. Isu ini terkait dengan adanya pejabat di lingkungan pemerintahan setempat yang terlibat dalam praktik LGBT.
Meskipun telah menjadi pembicaraan di kalangan tertentu, isu ini tampaknya sengaja dibiarkan tenggelam di balik rapatnya pintu-pintu pemerintahan.
Ada anggapan bahwa kasus ini, serta masalah lainnya terkait LGBT, sengaja didiamkan dan tidak mendapat perhatian yang serius demi menjaga status Kota Layak Anak (KLA).
Sawahlunto, yang tengah berusaha mempertahankan atau bahkan meraih penghargaan tersebut, terancam menghadapi situasi yang bisa merusak citra positif yang sudah dibangun.
Dugaan bahwa beberapa kasus ini sengaja ditutup-tutupi demi menjaga status tersebut semakin menguat, dengan adanya keengganan untuk menindaklanjuti praktik-praktik yang tidak sesuai dengan nilai moral yang berlaku di masyarakat.
Sumber terpercaya menyebutkan bahwa isu terkait praktik LGBT dalam jajaran pejabat Sawahlunto sebenarnya telah diketahui sejak masa penjabat walikota Zefnihan, namun karena statusnya sebagai pejabat sementara, langkah konkret untuk menindaklanjuti hal ini tidak dapat dilakukan.
Keadaan ini memberi kesan bahwa keberlanjutan penanganan masalah semacam ini bisa terhambat oleh faktor-faktor politik dan administratif yang lebih besar, terutama menjelang pergantian kepemimpinan.
Lebih mencemaskan, data dari Dinas Kesehatan Sawahlunto mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait penyebaran HIV. Sejak 2019 hingga 2023, tercatat dua kematian akibat HIV, sementara 46 orang telah terinfeksi selama dekade terakhir, dengan hanya 22 orang yang masih bertahan hidup.
Angka ini menunjukkan dampak nyata dari perilaku yang berkaitan erat dengan praktik LGBT, yang seharusnya menjadi perhatian lebih besar bagi masyarakat dan pemerintah.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa salah satu diduga pelaku LGBT adalah mantan Anak Panti Asuhan inisal (F), di kota Sawahlunto yang terlibat dalam kasus ini bahkan sempat menjadi korban di masa lalu, yang saat ini telah menjadi pelaku di pulau Bali dan mempunyai pacar laki-laki sesama jenis
Dikutip dari Jurnal Sumbar, beredar juga kabar di Kementerian Agama Kota Sawahlunto, terdapat sepasang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diduga sebagai pasangan sesama jenis. Hal ini sudah menjadi pembicaraan umum, meskipun belum ada langkah tegas yang diambil untuk mengatasinya.
Bukan hanya soal moralitas, isu ini juga menyentuh aspek kesehatan masyarakat yang tidak boleh dianggap remeh. Dengan adanya angka kematian dan infeksi HIV yang terus meningkat, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih proaktif dalam menangani masalah ini.
Penanggulangan LGBT bukan sekadar tentang tindakan hukum, tetapi juga bagaimana mencegah penularan penyakit yang dapat merugikan banyak pihak, khususnya generasi muda yang menjadi harapan masa depan.
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan komitmen yang jelas dan tegas dari pemerintah serta seluruh elemen masyarakat. Masyarakat perlu terlibat lebih dalam untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari bahaya penyakit menular.
Pemerintah, di sisi lain, harus memastikan bahwa keputusan-keputusan yang diambil bukan hanya untuk meraih status semata, tetapi juga untuk melindungi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Isu ini mengingatkan kita bahwa keberhasilan sebuah kota dalam meraih status tertentu tidak seharusnya mengesampingkan masalah-masalah sosial yang bisa berdampak buruk dalam jangka panjang.
Langkah-langkah preventif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat harus segera diambil untuk memastikan bahwa Sawahlunto tidak hanya menjadi kota yang layak untuk anak-anak, tetapi juga kota yang sehat dan aman bagi seluruh warganya.
Inilah saatnya bagi pemerintah dan masyarakat Sawahlunto untuk bersama-sama menegakkan komitmen moral yang kuat demi kebaikan bersama, mengatasi permasalahan ini dengan sungguh-sungguh, dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi yang akan datang.
Data yang tercatat pada tahun 2018 seperti ditulis Republika Online, diperkirakan ada 14.469 orang pelaku gay di Sumatera Barat. Angka tersebut khusus pelaku hubungan Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) atau gay di Sumbar, disinyalir angka meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu, riset juga mengungkap terdapat kurang lebih 2.501 orang waria di Sumatra Barat. Dari angka tersebut, waria di Sumbar bisa menggaet 9.024 orang pelanggan, yang tentunya berjenis kelamin laki-laki.
Pada tahun 2018, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit pernah mengungkapkan, “Berdasarkan survei sementara, Sumatera Barat berada di peringkat pertama secara nasional, dengan perkiraan jumlah LGBT mencapai puluhan ribu.” Ini merupakan sebuah kenyataan yang perlu disikapi dengan bijak, terutama dalam konteks pendidikan dan pemahaman gender.
Pewarta: Alfaiz Ramadhan
Penyunting: Alfen Hoesin
©tingkap.co 2025