Harimau Sumatra

Empat Faktor Penyebab Harimau Berkeliaran Menimbulkan Korban

250113210734-empat.jpg

istimewa

Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sondaica)

MUKOMUKO,TINGKAP.CO - Simpang-siurnya informasi di tengah masyarakat di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu terkait dengan munculnya si "raja hutan", harimau Sumatra (Panthera Tigris Sondaica) yang berkeliaran di perkampungan, membuat otoritas setempat mencari faktor penyebabnya.

Selain korban jiwa seperti yang dialami salah seorang warga di Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Teras Terunjam, juga ada hewan ternak masyarakat menjadi sasaran oleh harimau kelaparan tersebut, sehingga menimbulkan was-was masyarakat yang ingin beraktivitas.

Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia mengungkap sejumlah alasan harimau berkeliaran di pemukiman dan objek wisata di Kabupaten Mukomuko.

Ketua Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia sebuah lembaga independen yang bergerak dalam konservasi harimau Sumatera dan satwa langka Bengkulu, Iswadi mengatakan ada sejumlah faktor menyebabkan harimau masuk ke pemukiman warga ataupun perkebunan warga.

“Ada 4 faktor yang menyebabkan harimau bisa masuk ke pemukiman warga hingga munculnya konflik dengan manusia,” jelas Iswadi saat dihubungi melalui ponsel, Senin (13/1/2025)

Faktor pertama, lanjutnya,  karena makanan harimau habis di habitatnya, bisa disebabkan karena perburuan yang ada. Hingga harimau mencari mangsa yang lain untuk sebagai santapan.

“Kemudian faktor kedua adalah faktor usia. Harimau yang sudah tua akan kesulitan untuk mendapatkan hewan buruan. Untuk di alam liar usia harimau itu sekitar 12 tahun sedangkan harimau yang hidup kebun binatang biasanya bisa sampai 15 tahun,” papar Iswadi.

Dilanjutkan Iswadi, akhirnya mencari mangsa yang cenderung jinak, seperti kambing ataupun sapi ternak milik warga.

"Kalau muncul konflik, biasanya harimau yang sudah tua jadi munculnya konflik dengan manusia," ujarnya.

Kemudian faktor yang ketiga harimau itu sedang sakit. "Jika sakit, harimau tidak dalam kondisi bugar dan cenderung memilih memangsa yang dekat. Seperti manusia yang sedang beraktivitas merumput ataupun aktivitas lainnya atau hewan yang berada di pinggir kawasan hutan," paparnya lagi.

Iswadi menambahkan, harimau yang sedang dalam masa asuh biasanya induk harimau akan melepas anak-anaknya ke pinggir hutan untuk berlatih berburu.

“Harimau dalam masa asuh ini biasanya berumur 1 tahun, seperti kasus di Kecamatan Malin Deman yang mana saat itu ada hewan ternak yang mati akibat dicakar oleh harimau. Anak-anak harimau ini dilatih berburu, induknya menunggu di pinggir hutan. Anak harimau hanya bisa mencakar saja, kalau anak harimau ini tidak bisa melawan lagi baru induknya akan membantu,” beber Iswadi.

Baca juga: Heboh, Warga Mukomuko Diterkam Harimau

Terkait kawasan atau teritori harimau ini, sambung Iswadi, sudah menjadi masalah yang besar. Pasalnya, satu ekor harimau membutuhkan wilayah jelajah seluar 100 kilometer persegi yang menjadi teritori harimau jantan.

“Harimau itu harus menjaga kondisi fisiknya yang sehat harus bugar. Setiap hari harimau itu minimal harus berjalan sejauh 40 kilometer,” papar Iswadi.

Iswadi mengungkapkan, untuk wilayah seluas 40 kilometer ini bisa jadi ada di wilayah pemukiman atau perkebunan di Mukomuko.


Perambahan hutan membuat wilayah jelajah harimau menjadi berkurang (Foto : Japri)

Ia juga mengatakan," Untuk saat ini, wilayah harimau tersebut sangat sulit sekali ditemukan sudah terpotong-potong oleh perkebunan sawit milik perusahaan ataupun milik warga hingga perambahan hutan ilegal."

“Faktor ketiga ini karena sakit, jadi dia mencari mangsa yang mudah dijangkau oleh harimau,” jelas Iswadi.

Untuk saat ini, wilayah harimau tersebut sangat sulit sekali ditemukan. Sudah terpotong-potong oleh perkebunan sawit milik perusahaan ataupun milik warga hingga perambahan hutan ilegal.

Baca juga: BKSDA Mukomuko Pasang Perangkap di Desa Tunggal Jaya

Sehingga bisa membuat Harimau kebingungan karena wilayah miliknya sudah terpotong-potong karena kehilangan wilayah oleh lahan ataupun perkebunan milik perusahaan ataupun warga.

"Harimau yang masuk ke pemukiman warga itu adalah faktor umum, karena kawasan jelajah harimau itu sudah terkurung di hutan-hutan kecil, hingga harimau hanya memiliki teritori kecil,” kata Iswadi.

Upaya menagkap harimau yang telah menelan korban jiwa dengan memasang perangkap, hingga berita ini di naikkan belum membuahkan hasil.

Pewarta: Japri
Penyunting: Alfen Hoesin
©2025 tingkap.co

Komentar