Pengabdian
Kisah Uwais Al Qarni dan Ibunya

from zero to hero
Mantan Mentri KKP Susi Pudjiastuti menggendong ibunya, dan menaikkannya ke helikopter, di Pangandaran
BANDUNG, TINGKAP.CO - Hari ibu diperingati di Indonesia setiap tanggal 22 Desember. Hal ini berdasarkan Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 – 25 Desember 1928, di Yogyakarta.
Terlepas dari itu, dalam Islam tidak dikenal hari ibu. Namun posisi ibu sangatlah dimuliakan. Hal ini dapat disimak dari hadis Rasulullah Muhammad SAW. Hadis tentang ibu yang diriwayatkan Bukhari No. 5971 dan Muslim No. 2548 yang menjelaskan tentang betapa tingginya kedudukan ibu yaitu sebanyak 3 kali kebaikan yang harus diberikan kepada seorang ibu. Sedang untuk seorang ayah hanya mendapat 1 kebaikan.
Dalam Islam terdapat kisah totalitas pengabdian seorang anak dalam memuliakan ibunya, sehingga Allah SAW menjanjikan syurga. Siapakah dia? Mengutip dari laman NUOnline, ia adalah Uwais Al Qarni, seorang pemuda "tabi'in". Uwais sangat memuliakan dan berbakti kepada ibunya.
Uwais Al Qarni tinggal di Yaman bersama ibunya. Ia dikenal tak pernah lelah dalam merawat ibunya yang lumpuh. Diceritakan sang Ibu adalah seorang yang cacat dengan penyakit kusta yang membuat kulitnya menjadi belang-belang.Mereka adalah keluarga yang miskin.
Uwais mencari nafkah dengan berdagang dan menggembala kambing-kambing milik tetangganya. Suatu hari, dia berkata, “Tidak akan pernah terlontarkan dari mulut ibuku kecuali akan aku lakukan semua apa yang ibuku inginkan”.
Pernah suatu ketika ibunya berkata, “Anakku, mungkin ibu ini tidak lama lagi hidup bersamamu. Ibu ingin sekali melaksanakan ibadah haji sebelum ajal menjemput”.
Mendengarkan keinginan ibunya Uwaispun merenungkan cara berangkat ke Makkah Al Mukarramah mengingat jauhnya jarak tempuh perjalanan dari Yaman. Perjalanan yang akan menempuh padang pasir yang tandus. Biasanya orang-orang Yaman menempuhnya dengan menunggangi onta. Sedang Uwais tidak memiliki onta.
Dengan hati yang kuat, Uwais menabung dan membeli seekor anak lembu yang harganya murah. Setiap pagi ia menggendong bolak balik anak lembu itu untuk memperkuat tubuhnya. Ia sempat dikira gila oleh orang-orang di lingkungannya.
Setelah 8 bulan berlalu dan musim haji datang, ia memenuhi permintaan sang ibu dengan menggendongnya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Walaupun sangat sulit bagi Uwais, baginya keutamaan dirinya adalah merawat dan mengabulkan semua permintaan ibunya. Ketegarannya tersebut menjadi kisah mulia bagi anak dan ibu semasa zaman Rasullulah SAW.
Ketika Uwais sedang menunaikan ibadah haji bersama ibunya, Uwais berjalan menggendong ibunya wukuf di Ka'bah. Sang ibu meneteskan air mata telah melihat Baitullah.
Sang ibu cukup kaget dengan permintaan dan doa Uwais setelah mendengar apa yang diucapkan Uwais.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Seketika Allah SWT memberikan karunia untuknya, keinginan tulusnya dan cinta ibunya membuat ia sembuh dari penyakit kulitnya, dan tertinggal bulatan putih sebesar dua dirham di tengkuknya.
Pewarta: Alfen Hoesin
Penyunting: Alfen Hoesin
©2024 tingkap.co
Berita Terkait
- Kabar Gembira! Wali Kota Teken Kepwal, Honor Guru Honorer Kota Bandung Segera Cair
- DGB UI Rekomendasikan Pembatalkan Desertasi Bahlil
- Wabup Mukomuko Dukung SK Gubernur Tentang Jual LKS dan Tahan Ijazah
- "Pecat Kepala Sekolah, Justru Langkah KDM Dinilai Tidak Menunjukkan Spirit Kesundaan"
- Marjan Massere Gelar Seminar Proposal Disertasi S3 di UNHAS
- KKN Mahasiswa UINAM Angkatan 76 Gelar Program GERMAS di Kelurahan Bontoa
- Seorang Siswa Tembak Mati Seorang Siswi dan Lukai Siswi Lainnya di Nashville
- Kuantitas dan Kualitas, Waktu Bersama Keluarga Itu Penting.
- Pemilihan/Pelantikan Pengurus IPI Garut Periode 2025-2030
- Bey Machmudin Pantau Makan Bergizi Gratis di Kota Sukabumi